CRITICAL BOOK REVIEW KELOMPOK IV

Tugas kelompok
PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Dosen Pengampu: Ivo Selvia Agusty, SE, M.Si

Disusun Oleh:
Kelompok 4
1.      Irwanto situmorang (7133141040)
2.      Indria Putri Amelia (7131141051)
3.      Johanna Siburian (7131141056)
4.      Lisnawati Parangin-angin (7133141055)
5.      Marni Sihombing (7131141068)
6.      Marta Hutapea (7131141069)
7.      Mhd. Arif (7133141071)
8.      Oktavia Rajagukguk (7132141029)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2017







KATA PENGANTAR


Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kelompok IV, sehingga kami dapat menyelesaikan critical book report ini dengan baik. Penulisan ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah “Perencaan Pembangunan” yang diberikan oleh dosen pengampu.
Dalam penulisan  tugas ini penulis menyadari bahwa critical book ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan untuk tugas berikutnya. Besar harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagai informasi ataupun pengetahuan bagi pembaca. Atas perhatiannya penulis ucapkan terimakasih.


           
Medan, Mei 2017


Penulis
















CRITICAL BOOK

A.    IDENTITAS BUKU
Judul buku          : PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH “Edisi Revisi”
Pengarang            : Prof. Drs. Robinson Tarigan, M.R.P
Tahun terbit         : Oktober 2016
Penerbit                : Bumi Aksara
ISBN                     : 979-526-908-9


B.     REVIEW  BUKU
BAB 7
MODEL GRAVITASI
A.    Pendahuluan
Salah satu model yang banyak digunakan dalam perencanaan wilayah adalah model gravitasi (garvity model). Model ini dapat membantu perencanaan wilayah untuk memperkirakan daya tarik suatu lokasi dibandingkan lokasi lain di sekitarnya. Hal ini bisa dimanfaatkan untuk simulasi apakah suatu fasilitas yang dibangun pada lokasi tertentu akan menarik cukup pelanggan atau tidak. Model ini juga dapat memperkirakan besarnya arus lalu lintaspada ruas jalan tertentu. Model ini juga banyak dipakai dalam perencanaan transportasi untuk melihat besarnya arus lalu lintas sesuatu lokasi sesuai dengan daya tarik lokasi itu.

B.     Asal Mula dan Alur Pikir Model Gravitasi
Model gravitasi mulai menjadi perhatian sebagai alat analisis interaksi sosial dan ekonomi setelah adanya hasil penelitian carey dan ravenstein pada abad ke -19. Model gravitasi ini pada mulanya digunakan untuk menghitung banyaknya kendaraan (trip) anata satu tempat dengan tempat lainnya yang berada dalam satu sistem (saling berhubungan dimana perubahan pada salah satu sub wilayah akan berpengaruh pada sub wilayah lainnya). Hal mengenai trip ini juga akan digunakan untuk menjelaskan alur pikir (pembentukan rumus dasar) dari model gravitasi. Jumlah perjalanan rata-rata yang dilakukan oleh setiap penduduk pada suatu wilayah adalah  = K , Hal ini berarti setiap penduduk daerah i rata-rata pergi ke daerah j adalah
  , Total perjalanan penduduk daerah i ke daerah j adalah jumlah penduduk i dikalikan rata-rata perjalanan yang dilakukan oleh setiap penduduk,yaitu
 
Rumus dasar untuk menghitung banyaknya perjalanan (trip) antara Pi dan Pj, yaitu trip yang berasaldari daerah i dan memiliki tujuan daerah j adalah
 
Keterangan:
Tij = banyaknya trip dari subwilayah i ke subwilayah j
K  = bilangan konstan/ rata-rata perjalanan per penduduk
Pi   = penduduk sub wilayah i
Pj   = penduduk sub wilayah j
P  = total penduduk di wilayah tertentu
            Rumus diatas perlu diubah menjadi rumus yang lebih lengkap yaitu
Dengan demikian, total trip yang terjadi antara subwilayah i dengan seluruh subwilayah dapat dirumuskan sebagai berikut  

C.    Cara Menghitung b
Nilai b sangat berkaitan dengan cepatnya jumlah trip yang menurun sehubungan dengan makin jauhnya jarak yang perlu ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam hal ini, jumlah trip yang dinyatakan dalam bentuk per kapita untuk menghindari jumlah trip yang besar ke suatu sub wilayah yang lebih jauh karena jumlah penduduknya banyak. Secara grafis perubahan nilai b dapat ditunjukkan sebagai berikut

Trip/ kapita
 


                                     
                                      b = 1
b = 2
                                                                                     b = 3
Jarak

Apabila b = 1, jumlah trip per kapita menurun berbanding lurus dengan pertambahan jarak yang perlu ditempuh. Apabila b = 2 , jumlah trip menurun lebih drastis dari pertambahan jarak dan apabila b = 3, penurunan itu lebih drastis lagi dibandingkan dengan apabila b = 2. Nilai b dapat dihitung berdasarkan survei. Jumlah trip dinyatakan dalam bentuk perkapita (Tij / Pj), untuk menghindari terplotnya jumlah trip yang besar ke kota tujuan yang lebih jauh sebagai akibat penduduk kota tujuan yang besar.
Dengan metode least squares akan dapat dicarikan persamaan garis yang paling tepat menggambarkan hubungan dari setiap titik. Apabila dilakukan survei yang lengkap maka variabel Tij , Pj, dan dij akan dapat diperoleh, sedangkan nilai parameter a dan b akan dapat dicari dengan metode least squares.
Keterangan:
Tij : jumlah trip dari kota asal i dengan tujuan j, perlu dicatat bahwa jumlah trip ini adalah sama dengan jumlah penduduk dikali rata-rata trip per penduduk
P: jumlah penduduk atau daya tarik lainnya pada kota tujuan j
 dij : jarak antara kota asal i ke kota tujuan j

D.    Implementasi Dari Model Gravitasi
Implementasi dari model gravitasi adalah mengubah daya tarik itu menjadi probabilitas. Rumus yang sering dipakai (Lee, 1973:64) adalah:
Tij = 0i  Ai Di dij-b………………………………….
Keterangan:
Tij = Jumlah trip antara daerah I dengan daerah j atau volume yang didistribusikan dari daerah I ke daerah j
0i =  Jumlah trip yang berasal dari daerah i (origin i) atau sesuatu yang didistribusikan dari daerah i
Di = Volume kegiatan yang menjadi daya tarik daerah tujuan (daerah j atau destination) dalam nilai absolute
0i  Ai Di dij-b = Ukuran daya tarik daerah j atau destination dalam bentuk probabilitas

E.     Model Gravitasi Hansen Atau Model Potensi Lahan
Salah satu penggunaan awal dari model gravitasi dalam perencanaan wilayah adalah model yang dikembangkan oleh W.G Hansen. Model Hansen berkaitan dengan memprediksi lokasi dari permukiman penduduk berdasarkan daya tarik maing-masing lokasi. Model ini didasarkan pada asumsi bahwa tersedianya lapangan kerja, tingkat aksesibilitas, dan adanya lahan perumahan yang masih kosong, akan menarik penduduk untuk berlokasi ke subwilayah tersebut. Menurut Lee, model ini tidak persis sama dengan metode gravitasi karena tidak didasarkan atas saling interaksi antar subwilayah, melainkan tiap subwilayah destination dianggap memiliki daya tarik tersendiri dan bagaimana suatu kegiatan dari keseluruhan wilayah bereaksi terhadap daya tarik tersebut. Hansen mula-mula menggabung jumlah lapangan kerja dan kemudahan mencapai lokasi sebagai accessibility index. Secara umum indeks aksesibilitas adalah adanya unsure daya tarik yang terdapat di suatu subwilayah dan kemudahan untuk mencapai subwilayah tersebut.
            Menurut Hansen, accessibility index adalah faktor utama dalam menentukan orang memilih lokasi tempat tinggalnya. Accessibility index dihitung dengan rumus:
 =
Keterangan :
 = accessibility index daerah I terhadap daerah j
 = total lapangan kerja di daerah j
 = jarak antara I dengan j
B = pangkat dari  
Indeks yang diperoleh adalah daya tarik suatu subwilayah j ditinjau dari subwilayah i. Apabila daya tarik seluruh subwilayah diperhitungkan/ digabung maka rumusnya menjadi:
 =
Selain indeks aksesibilitas, adanya lahan kosong dan tersedianya fasilitas lain adalah merupakan unsure daya tarik lain yang harus diperhatikan, untuk berlokasi di subwilayah tersebut. Lahan kosong ini oleh Hansen dinamakan holding capacity. Perlu diingat bahwa berdasarkan ketentuan yang berlaku di Indonesia, pengertian lahan kosong adalah lahan yang cocok untuk permukiman penduduk. Lahan kosong yang tidak sesuai untuk permukiman penduduk harus dikeluarkan dari perhitungan ini, misalnya lahan yang kemiringannya di atas 30º, daerah rawa-rawa, daerah yang sering terkena banjir, sawah beririgasi teknis, badan jalan, sungai, drainase, dan lahan yang sudah diperuntukan untuk tujuan lain, misalnya perkantoran, kompleks militer, kawasan industry, lapangan olahraga, dn pariwisata. Gabungan antara accessibility index dengan holding capacity adalah potensi pengembangan daerah tersebut.
Potensi pengembangan daerah i (disingkat ) adalah = 
Keterangan :
= accessibility index
= holding capacity
Untuk mengetahui daya tarik subwilayah tersebut, potensi pengembangan subwilayah tersebut harus dibandingkan dengan daya tarik keseluruhan wilayah:
 
Kalau total pertambahan penduduk untuk kota itu secara keseluruhannya adalah  maka tambahan penduduk yang akan berlokasi didaerah I adalah
 =   atau  
Keterangan :
=  
= tambahan penduduk di seluruh wilayah
= tambahan penduduk di daerah i
Dalam model Hansen ini origin dianggap satu kesatuan artinya tidak dilihat dari subwilayah mana asalnya tambahan penduduk itu, dan tambahan penduduk ini didistribusikan ke berbagai subwilayah yang ada.

F.     Model Gravitasi Dengan Pembatas Tunggal
Model gravitasi Hansen dapat digunakan untuk mengalokasikan suatu aktivitas ke berbagai subwilayah. Model Hansen tersebut tidak memperinci asal lokasi Oi, sedangkan pada bagian ini yang dinamakan single constrained gravity model maka Oi juga diperinci yaitu dari subwilayah mana Oi itu berasal dan berapa jumlah di masing-masing subwilayah. Dikatakan pembatas tunggal karena pada model tersebut dibuat satu asumsi bahwa yang didistribusikan ditentukan jumlahnya, sedangkan daerah tujuan tiak ditentukan batas daya tampungnya. Hal ini berarti pembatasnya hanya satu, yaitu pada origin sedangkan pada destination tidak ada pembatasnya.
Berikut ini dikemukakan contoh penggunaan model gravitasi dengan pembatas tunggal untuk menganalisis daya tarik dua buah pasar seperti berikut ini. Yang danalisis adalah alian uang dan bukan aliran orang/trip, tetapi cara kerjanya sama saja. Berbeda dengan contoh yang lalu, yang sebelumnya semua destination sudah ada maka dalam contoh berikut ada destination baru yang ditambah.

G.    Model Gravitasi Dengan Pembatas Ganda
Model gravitasi dengan pembatas ganda (double constrained gravity model) berbeda dengan model gravitasi pembatas tunggal. Pada model gravitasi pembatas tunggal, permasalahan (faktor pembatas) hanya dilihat dari satu sisi saja, yaitu dari sudut origin. Dalam model pembatas ganda, jumlah yang dapat ditampung daerah tujuan pun tertentu. Apabila pada contoh terdahulu yang ditentukan jumlahnya hanya origin maka pada model pembatas ganda jumlah yang dapat ditampung oleh destination juga sudah tertentu jumlahnya. Hal ini berarti terdapat dua pembatas, yaitu jumlah yang didistribusikan dari masing-masing daerah tujuan juga sudah tertentu.
Misalnya, di tiap daerah ada kelompok pencari kerja dan begitu juga di tiap daerah ada lapangan kerja. Jumlah pencari kerja di tiap daerah sudah tentu jumlahnya dan mereka ini mencari pekerjaan di semua daerah yang menyediakan lapangan pekerjaan. Akan tetapi, jumlah lapangan pekerjaan di tiap daerah pun sudah tertentu jumlahnya. Jadi, pekerja itu tidak bebas memilih lokasi yang bagi dia memiliki daya tarik tertinggi, karena bisa saja pada lokasi yang diinginkannya lapangan kerja sudah terisi semua sehingga dia terpaksa mencari pekerjaan di lokasi lain.
Model gravitasi dengan pembatas ganda ini menggunakan rumus sebagai berikut:
 =     
Keterangan:
        = Jumlah trip (yang didistribusikan) dari subwilayah i ke subwilayah j
        = Total trip yang berasal dari daerah i
       = Total trip yang dapat ditampung tujuan j
       = ( )-1
      = ( )-1
    =
    =

Langkah-langkah perhitungannya sesuai dengan yang dikemukakan Colin Lee (1973) adalah sepeti berikut. Perhitungannya membutuhkan literasi sampai nilai A dan B menjadi jenuh (tidak lagi banyak berubah).
1.      Hitung   
2.      Misalnya
3.      Hitung Bj untuk masing-masing daerah dengan nilai Ai seperti tersebut di atas.
4.      Hitung nilai Ai atas dasar nilai Bj yang diperoleh
5.      Bandingkan apakah nilai Ai yang diperoleh berbeda dengan nilai terdahulu yang dipegunakan
6.       Kalau berbeda hitung kembali nilai Bj atas dasar nilai Ai yang terakhir diperoleh
7.      Kalau nilai Ai yang diperoleh sudah sama dengan hitungan terdahulu maka lanjutkan dengan langkah 8
8.      Hitung probabilitas interaksi antara pasangan daerah. Gunakan rumus: Prij = Ai Bj Dj dij-b
9.      Hitung interaksi antara pasangan daerah. Gunakan rumus: Tij = Oi Prij

H.    MASALAH KETIDAKSEIMBANGAN
Dari contoh di atas dibuat asumsi bahwa jumlah Oi adalah sama dengan jumlah Dj. Dengan demikian, seluruh origin tersalurkan ke seluruh tujuan. Bagaimana seandainya terdapat perbedaan antara besarnya Oi dengan besarnya Dj. Cara mengatasinya adalah dengan menambah pada kategori Oi atau Dj yang semu. Misalnya dalam contoh lapangan kerja, diketahui jumlah lapangan kerja keseluruhan adalah lebih rendah dari jumlah pencari keja sehingga ada pekerja yang tidak akan mendapatkan lapangan pekerjaan. Oleh karena itu, dibuat ada subwilayah semu yang menyediakan lapangan kerja (Semu) sedemikian rupa sehingga jumlah lapangan kerja sama dengan jumlah pencari kerja. Wilayah semu dibuat tidak memiliki pekerja. Jarak antara tempat tinggal dengan lapangan kerja semua ini dibuat lebih kecil dari jarak yang ada. Jarak ini tidak bisa dibuat nol karena akan membuat Dj dij-b menjadi tak terhingga. Apabila jarak dari semua tempat ke wilayah semu ini adalah terendah maka dalam perhitungan, lapangan kerja semu ini pasti terisi. Jumlah yang terisi pada lapangan kerja semu adalah para penganggur, artinya pekerja yang tidak mendapatkan lapangan pekerjaan.
Demikian pula sebaliknya, apabila jumlah lapangan kerja lebih besar dari jumlah pencari kerja, sehingga akan ada lapangan pekerjaan yang tidak terisi. Dalam hal ini dibuat ada subwilayah semu yang memiliki pekerja semu. Dengan demikian, jumlah lapangan kerja dan jumlah pencari kerja sama banyaknya. Jarak antara tempat kerja dengan tempat tinggal semu dibuat terkecil, sehingga lapangan kerja itu pasti terisi. Setelah melalui perhitungan, lapangan kerja yang terisi pekerja semu adalah lapangan kerja yang tidak mendapatkan pekerja.


Bab 8
PROYEKSI PENDUDUK
A.    PENDAHULUAN
Penduduk adalah faktor yang sangat penting untuk diperhatikan dalam perencanaan wilayah.Jumlah penduduk misalnya, adalah faktor utama untuk menentukan banyaknya permintaan bahan konsumsi yang perlu disediakan, begitu juga banyaknya fasilitas umum yang perlu dibangun di suatu wilayah. Di lain segi, jumlah penduduk dapat dilihat sebagi faktor produksi yang dapat dialokasikan untuk berbagai kegiatan sehingga dapat dicapai suatu nilai tambah (kemakmuran) yang maksimal bagi wilayah tersebut. Analisis komposisi penduduk, misalnya dalam bentuk umur, jenis kelamin, jenis pekerjaan/pendapatan, tingkat pendidikan, dan jenis perumahan yang dimiliki akan memberi implikasi yang lebih rinci baik terhadap tingkat kebutuhan maupun terhadap kegiatan produksi yang dapat disumbangkan.
Klasifikasi atas jenis pekerjaan dapat memberi gambaran tentang lapangan kerja yang tersedia dan apabila dikaitkan dengan tingkat pendidikan, dapat dibandingkan apakah jenis pendidikan yang ada memang sesuai dengan tingkat pendidikan, dapat dibandingkan apakah jenis pendidikan yang ada memang sesuai dengan lapangan kerja yang tersedia atau tidak.Klasifikasi atas tingkat pendapatan dapat memberi indikasi tentang tingkat kemakmuran dan jumlah serta variasi jenis barang konsumsi yang dibutuhkan. Klasifikasi atas jenis perumahan yang dimiliki dapat memberi indikasi tentang kondisi perumahan saat ini dan apabila dikaitkan dengan tingkat pendapatan dapat dilihat apakah akan ada pergeseran atas kebutuhan  jenis perumahan di masa yang akan datang. Analisis seperti di atas masih bisa diperluas untuk berbagai kebutuhan lainnya.
Di dalam konteks wilayah maka perencanaan adalah melihat ke depan untuk suatu kurun waktu tertetu, misalnya 1 tahun, 5 tahun, 10 tahun, atau 25 tahun, tergantung kepada jangkauan ke depan dari perencanaan itu sendiri. Jadi, kita ingin melihat ke arah mana kondisi yang ada saat ini akan berkembang dan menetapkan langkah-langkah yang baik untuk mengakomodasi perkembangan itu sendiri maupun untuk mengarahkan perkembangan itu kepada keadaan yang lebih kita inginkan. Dengan demikian perlu memprediksi tentang besarnya jumlah penduduk pada wilayah perencanaan di masa yang akan datang.


B.     Sumber Data
Di indonesia sumber data tentang penduduk yang paling dipercaya adalah hasil sensus penduduk yang dilakukan setiap 10 tahun sekali, misalnya tahun 1980,1990,2000, dan seterusnya, yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Selain itu, BPS juga melakukan perhitungan jumlah penduduk pada pertengahan antara dua sensus, misalnya tahun 1985 dan 1995.
Angka jumlah penduduk di luar sensus dan tahun antara sensus diperoleh melalui registrasi.Angka registrasi berdasarkan kepala desa/kelurahan.Biasanya kepala desa/kelurahan menghitung dari angka tahun sebelumnya ditambah kelahiran dan migran masuk yang dilaporkan.Laporan kepala desa/kelurahan jelas tidak akurat karena penduduk jarang yang melepor baik untuk kelahiran maupun kematian, demikian juga dengan perpindahan penduduk baik yang keluar maupun yang masuk.
Ketepatan dari laporan kepala desa/kelurahan sangat tergantung keaktifan aparat desa/kelurahan (antara lain kepala dusun /lingkungan) untuk mendata perubahan penduduk di dusun/lingkungan masing-masing da melaporkannya secara benar kepada kepala desa/kelurahan. Angka yang dilaporkan kepala desa/kelurahan cenderung lebih rendah dari keadaan yang sebenarnya.Hal ini terlihat dari angka penduduk yang melonjak tajam pada satu tahun sensus dibandingkan dengan angka registrasi setahun sebelum sensus. Angka registrasi dapat dibaca pada terbitan mantri statistik kecamatan berupa “kecamatan X dalam angka”.demikian pula kantor statistik kabupaten/kota membuat terbitan setiap tahun berupa “Kabupaten/Kota X dalam angka” dan kantor statistik provimsi menerbitkan “Provinsi X dalam angka”. Yang jelas data kependudukan dari hasil registrsi tidak ada yang menyajikan umur dalam bentuk range per tahun.Artinya, apabila kita ingin menggunakan tahun dasar yang bukan tahun sensus, terlebih dahulu diperlukan penyesuaian/estimasi jumlah penduduk pada tahun dasar tersebut.

C.     Berbagai Metode Proyeksi Penduduk
Metode proyeksi penduduk dapat dibagai atas proyeksi secara global, proyeksi secara kategori, dan proyeksi menurut lokasi (distribusi menurut lokasi).Proyeksi secara global tidak membuat kategori atas penduduk yang diproyeksikan. Jadi, semua penduduk dianggap memiliki karakteristik yang sama. Dalam hal ini yang diproyeksikan hanya jumlahnya saja.Proyeksi secara kategori adalah membagi penduduk atas berbagai kategori atau cohort gabungan dari keduanya.Kategori, misalnya berupa jenis kelamin, status perkawinan, susku, tingkat pendapatan, dan lainnya.Cohort (teman sebaya) berupa kelompok umur.
Proyeksi secara global antara lain menggunakan metode ekstrapolarasi/trend, metode rasio, dan metode regresi. Proyeksi secara cohort antara lain menggunakan metode growth composition analisys atau ada juga yang menyebutnya cohort survival method. Dalam analisis cohort ini terkadang dimasukkan pula unsur kategori, sehingga lebih rinci. Proyeksi menurut lokasi antara lain: metode distribusi dengan alokator tertentu, metode kapasitas lahan, dan model gravitasi.

D.    Metode Ekstrapolasi/Trend
Metode ekstrapolasi adalah melihat kecenderungan pertumbuhan penduduk di masa lalu dan  melanjutkan kecenderungan tersebut untuk masa yang akan datang sebagai proyeksi. Metode ekstrapolasi mengasumsikan laju pertumbuhan penduduk masa lalu akan berlanjut di masa yang akan datang. Metode ini dapat dibagi dua, yaitu teknik grafik dan metode trend.
Cara paling mudah dalam metode ekstrapolasi adalah dengan teknik grafik.Dalam teknik grafik, perkembangan penduduk dimasa lampau di gambarkan dalam sebuah susunan koordinat salib.Jumlah penduduk untuk setiap kurun waktu (misalnya per tahun) dinyatakan dalam sebuah titik pada bidang koordinat salib.Teknik grafikini sebetulnya tidak untuk meramalkan jumlah penduduk melainkan hanya melihat arah kecenderungannya saja.
Contoh teknik grafik
Misalnya data penduduksbb :
Tahun
Jumlah penduduk
2000
10.000
2001
10.500
2002
11.025
2003
11550
2004
12000
      12000                                
      11550
      11025       
       10500
                                                            10000  2000    2001  2002   2003   2004
                                                                       
Metode trend adalah metode meramalkan pertumbuhan penduduk dengan rumus sederhana. Rumus proyeksi adalah:
Pt = Po+ f (t-o)
Keterangan:
Pt       = penduduk pada tahun t
Po     = penduduk pada tahun dasar
(t-o)    = selisih antara tahun dasar dengan tahun diramalkan yang sering disingkat dengan n
F        = fungsi perkembangan
           Apabila trend masa lalu mendekati garis lurus maka f(t-o) berubah menjadi b (t-o) dan rumus keseluruhan menjadi Pt = Po + b(t-o), dimana: b = rata-rata tambahan jumlah penduduk tiap tahun pada masa lampau sampai sekarang (tahun dasar proyeksi).

E.     METODE REGRESI
     Dalam metode regresi, jumlah penduduk dianggap variabel dependen yang dikaitkan dengan dengan variabel independen lain berdasarkan pengalaman empiris seperti tahun, lapangan kerja dan lainnya. Variabel independen hanya terdiri dari satu variabel (simple regression) atau lebih dari satu variabel (multiple regression).
     Bentuk garis regresi dapat berupa linear (garis lurus) dan kurva linear ( garis lengkung). Kurva linear umum dipakai dapat berbentuk eksponential,gompertz, dan logistik. Bentuk kurvanya sbb:
 



                                                               
                                                 

1.      Metode regresi linear
       Adalah penghalusan dari metode ekstrapolasi garis lurus.Dalam metode garis regresi ini yaitu mencari garis lurus yang jaraknya paling minimum dari titik-titik yang ada pada bidang bidang koordinat salib. Selisih masing-masing titik dengan garis tersebut dikuadratkan untuk menghindari penjumlahan selisih negative dan selisih positif yang apabila dijumlahkan sama dengan nol. Maka metode ini disebut least squares (kuadrat terkecil). Variabel dilibatkan hanya 2 yaitu variabel independen dan dependen metode disebut simple linear regression.
       Persamaan umum regresi linear sederhana adalah Y = a+bX, tetapi proyeksi penduduk diubah menjadi Pt = a+ bX.
Keterangan:
Pt = penduduk pada tahunt
a = konstanta
b = arah garis
X = Variabel independen berupa tahun
       Dan rumus untuk menghitung a dan b

a =
b =
(dimana n = banyaknya pengamatan)

2.      Metode regresi kurva linear sederhana
       Membuat asumsi bahwa pertumbuhan penduduk mengikuti persamaan sbb:

Pt = Po (1 +
       Artinya , pertumbuhan penduduk mengikuti suatu garis lengkung. Variabel yang dilibatkan hanya 2 ( satu variabel independen dan devenden , nama lengkap metode ini adalah simple curva linier regression. Agar persamaan ini dapat menggunakan metode least squares maka persamaan ini diubah menjadi garis lurus dengan menggunakan log tau Ln. persamaan dapat diubah menjadi :
Log Pt = log [
Log Pt = log 
Log Pt = log
      
       Apabila kita asumsikan :
Log Pt             = Y
Log = a
Log (1 + r)       = b
n                      = X
       maka persamaan diatas menjadi Y = a+bX, yaitu persamaan regresi linear sehingga rumus menghitung a dan b dalam regresi linier dapat diterapkan. Tujuan menggunakan log adalah agar dalam grafik (scatter diagram), hubungan itu kelihatan linear.

3.      Kurva gompertz
      Bentuk kurva gompertz seperti huruf S yang ditarik (elongated S).Kurva gompertz adalah modifikasi dari eksponensial untuk proyeksi penduduk.Menurut gompertz, penduduk pada suatu wilayah pada mulanya tumbuh dengan lambat. Setelah mencapai kepadatan tertentu (kepadatan 1), pertumbuhan akan menjadi cepat tetapi setelah mencapai kepadatan tertentu (kepadatan 11) akan melambat kembali dan akhirnya tidak bertambah lagi apabila kepadatannya telah maksimum.
      Mengingat sifat kurvanya, kurva gompertz hanya berlaku untuk proyeksi penduduk jangkah panjang dengan data eksisting cukup banyak pula, misalnya 30 tahun atau lebih.

Persamaan umum kurva gompertz adalah :
 = K.

4.      Kurva logistik
            Hamper sama dengan kurva gompertz atau disebut juga kurva pearl-Reed. Kurva ini banyak dipakai untuk proyeksi penduduk disuatu wilayah kepadatannya sudah mendekati kepadatan maksimum umumnya di perkotaan.
Persamaan kurva logistiknya adalah sbb:
 = k+a.dan penggunaan rumus diubah menjadi Pt =
Keterangan :
k = jumlah penduduk maksimum
a = bilangan konstan
b = laju pertumbuhan penduduk pertahun
n = jumlah tahun proyeksi
e = 2,71828



F.     Proyeksi Penduduk Dengan Analisis Pertumbuhan Komposisi
Dalam analisis pertambahan penduduk berdasarkan pertumbuhan komposisi, semua faktor perubahan jumlah penduduk harus diperhatikan. Perubahan jumlah penduduk disebabkan oleh :
a.       Pertambahan dan pengurangan secara alami
b.      Migrasi masuk dan migrasi keluar
c.       Perubahan batas administrasi wilayah, yaitu pengurangan disatu pihak dan penambahan di pihak lain
Secara matematika, jumlah penduduk dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:
Pt  = Po + N + M + R
Keterangan:
Po = Penduduk panda tahun dasar
N = Pertambahan secara alamiah
M =Perubahan karena imigrasi
R = Perubahan karena berubahnya luas wilayah. Apabila tidak ada perubahan luas wilayah maka R = 0

Langkah-langkah yang ditempuh dalam metode ini adalah sebagai berikut :
1.      Penduduk saat ini dikelompokkan atas cohort (kelompok umur). Pria dipisahkan dari wanita dan dibagi dalam kelompok umur.
2.      a. Untuk wanita panda kelompok umur yang bisa melahirkan dikenakan fertility      rates (tingkat kesuburannya)
b. jumlah bayi yang lahir per 5 tahun dihitung dan dibagi menurut jenis kelamin dan ditambahkan terhadap jumlah penduduk kelompok sebelumnya
c. bayi laki-laki dan perempuan yang lahir tersebut akan menempati posisi cohort 1 pada putaran berikutnyA.
3.      Menghitung jumlah yang bertahan hidup pada 5 tahun pertama
4.      Perhitungan diatas menghasilkan putaran pertama proyeksi untuk 5 tahun         pertama.

G.    Metode Rasio
Metode Rasio atau metode alokasi adalah metode untuk mendistribusikan penduduk ke berbagai subwilayah (lokasi). Dalam hal ini terleih dahulu sudah ada proyeksi total untuk keseluruhan wilayah dan ingin dilihat proyeksi untuk suatu wilayah tertentu. Metode rasio adalah proyeksi penduduk secara tidak langsung melainkan dikaitkan dengan satu varaibel lain, misalnya pertubuhan ekonomi, pertumbuhan lapangan kerja, atau pertumbuhan penduduk dari suatu wilayah yang lebih luas yang wilayah analisinya merupakan salah satu subwilayah.

H.    PROYEKSI PENDUDUK BERDASARKAN PROYEKSI JUMLAH RUMAH
Untuk suatu wilayah perkotaan atau pinggiran kota yang sudah terbangun atau sebagia besar sudah terbangun, proyeksi penduduk tidak perlu terkait kepada pertumbuhan demografis/pertumbuhan masa lalu tetapi terkadang lebih tepat apabila dikaitkan dengan kapasitas lahan ataupun proyeksi jumlah rumah yang akan tersedia di lokasi tersebut di masa yang akan datang. Langkah-langkah yang perlu ditempuh adalah sebagai berikut.
1.      Maencari data tentang penggunaan lahan, dimana akan dihitung total lahan yang dapat dijadikan perumahan.
2.      Jumlah penduduk dan jumlah rumah tangga yang tinggal menetap di wilayah tersebut
3.      Dari poin 1 dan 2 dapat dihitung kepdatan penduduk
4.      Dicari data tentang jumlah rumah tinggal saat ini
5.      Dari poin 2 dan 4 dapat dihitng jumlah penduduk per rumah saat ini
6.      Kemudian diproyeksikan jumlah rumah baru di masa yang akan datang
7.      Proyeksikan jumlah penduduk per rumah untuk masa yang akan datang
8.      Hitung pertamabahan penduduk di masa yang akan datang
9.      Teliti kembali bahwa kepadatan penduduk yang diproyeksikan belum mencapai kepadatan penduduk maksimum.

I.       Proyeksi Penduduk Dengan Model Gravitasi
Proyeksi penduduk dengan model gravitasi adalah yang umum digunakan untuk melihat pertumbuhan penduduk menurutlokasi. Dalam hal ini terlebih dahulu sudah ada proyeksi untuk keseluruhan wilayah dan kemudian ingin dilihat bagaimana tambahan penduduk itu terdistribusi sesuai dengan daya tarik masing-masing sub wilayah.

J.      MENAKSIR MIGRASI PENDUDUK
            Sebagaimana diketahui, pertumbuhan jumlah penduduk tidak hanya disebabkan oleh pertambahan secara alamiah, melainkan juga disebabkan oleh pertambahan akibat migrasi.Ternyata pertambahan penduduk pendatang banyak terjadi dikota-kota besar di Indonesia. Secara hokum, penduduk yang berpindah tempat tinggal, mestinya tercatat atau terdaftar baik pada tempat tinggal yang baru maupun pada tempat tinggal yang lama. Taksiran migrasi masa lalu diperlukan agar dapat membuat proyeksi untuk masa depan yang lebih tepat. Namun demikian, metodenya adalah berbeda karena analisisnya membutuhkan faktor-faktor yang berbeda sehingga pembahasannya dipisahkan.
1.      Taksiran migrasi masa lampau
      Ada beberapa cara untuk mengetahui besarnyamigrasi masa lampau.
a.      Metode sisa
Metode ini menggunakan cara  bahwa pada tahap awal kita mengabaikan migrasi penduduk. Dengan demikian, pertambahan penduduk suatu daerah dalam kurun waktu tertentu adalah sama dengan selisih antara jumlah kelahiran dan jumlah kematian didaerah tersebut. Adapun persamaan  matematikanyaadalah sebagai berikut.
M= (Pt-Po)-N
M   = Migrasi selama kurun waktu analisis
Pt   = Jumlah penduduk pada tahun t
Po  = Jumlah penduduk pada tahun dasar
N   = Pertambahan secara alamiah selama kurun waktu analisis (jumlah kelahiran dikurangi jumlah kematian)

b.      Sensus
Dalam metode ini berbagai kependudukan yang dianilisis/digunakan adalah sebagai berikut
1.      Data tunggal dan tempat kelahiran untuk membandingkan tempat lahir dan tempat tinggal sekarang
2.      Data tempat asal sebelumnya dan kapan pindah ketempat yang sekarang, untuk membandingkan tempat tinggal sekarang dengan sebelumnya.
3.      Data suku, karena tingkat migrasi antarsuku juga berbeda.

c.       Pencatatan penduduk (Registrasi)
Registrasi adalah pencatatan penduduk secara berkesinambungan dan mencatat setiap perpindahan penduduk dari satu daerah ke daerah lain. Hal ini dapat dilakukan melalui surat permintaan pindah atau mandah, dan ditempat tujuan adanya ketentuan untuk melapor kepada kepala desa/lurah. Keuntungan pemakaian metode ini adalah data dapat diklasifikasikan menurut berbagai macam cara misalnya tempat asal, umur pada saat pindah, alas an pindah, dan lain-lain, sehingga lebih berguna dalam menganalisis terjadinya migrasi karena dapat menjelaskan arah, ciri migran, dan penyebab migrasi.

1.      Taksiran migrasi pada masa yang akan datang
Perkiraan jumlah penduduk maupun besarnya migrasi pada masa mendatang tidak mudah diproyeksikan, namun untuk kepentingan perencanaan, pengetahuan akan arah dan ciri pergerakan penduduk sangat diperlukan. Berbagai metode memproyeksikan migrasi dimasa yang akan datang dikemukakan berikut ini
a.      Ekstrapolasi
Metode ini merupakan cara yang paling sederhana untuk menentukan migrasi yang akan datang. Dalam hal ini dapat dipakai beberapa cara:
1.      Menentukan jumlah migrasi dan arah migrasi di waktu mendatang dengan menggunakan laju pertumbuhan/proporsi masa lalu
2.      Menggambarkan suatu garis kecenderungan atau kurva secara grafik atau secara matematika dan melanjutkan arah grafik tersebut kemasa depan

b.      Metode angka banding
Angka banding rata-rata digunakan apabila tidak terlihat angka banding itu mengarah pada tren tertentu, yaitu semakin besar atau semakin kecil. Apabila terlihat adanya tren, angka r yang digunakan adalah proyeksi dari tren tersebut. Metode angka banding ini lebih baik dari metode ekstrapolasi linier. Di dalamnya terkandung pengertian bahwa migrasi bukanlah suatu gejala yang berdiri sendiri, dan perkiraan tidak hanya tergantung pada faktor masa depan. Sebetulnya yang lebih tepat digunakan dalam perbandingan adalah jumlah migrasi per tahun dengan pertambahan lapangan kerja per tahun. Apabila tidak ada catatan tentang jumlah migrasi per tahun, maka jumlah migrasi per tahun dapat dihitung dari pertambahan penduduk dikurangi pertambahan alamiah.

c.       Proyeksi subjektif
Perkiraan migrasi dalam daerah terbuka biasanya dibuat secara subjektif. Metode ini memperkirakan berbagai macam perubahan dalam bidang sosial, ekonomi, dan fisik di wilayah kita dan wilayah tetangga.

d.      Metode gravitasi
Dalam model ini dibuat asumsi bahwa migrasi sangat dipengaruhi oleh daya tarik suatu wilayah. Daya tarik suatu daerah, misalnya pembukaan lapangan kerja baru, dapat menarik sejumlah migrasi dari daerah lain. Model yang sering digunakan di antaranya ialah model ravensterin sebagai berikut.

KETERANGAN
Mij         = Migrasi dari daerah i ke daerah j
Pi         = penduduk daerah I (daerah asal)
dij           = Jarak (waktu tempuh) dari daerah I ke daerah j (tujuan)
b          = Pangkat dari dij
f(Zj)     = beberapa fungsi Zj , dan Zj adalah ukuran daya tarik daerah j. Zj misalnya tambahan lapangan kerja didaerah j, tambahan unit rumah yang dibangun pengembang didaerah j, dan sebagainya.
      Menggunakan metode grafitasi adalah dengan membnadingkan daya tarik wilayah kita dengan daya tarik sekitarnya.



C.    CRITICAL BOOK
Buku ini ditulis oleh Robinson Tarigan dengan judul Perencanaan Pembangunan Wilayah edisi revisi. Penulis merupakan lulusan S-1 pada Fakultas Ekonomi USU kemudian memperoleh gelar Master Of Regional Planning Dari University Of North Carolina, Chapel Hill, USA Tahun 1981. Selain mengajar, penulis aktif bekerja sama dengan beberapa pemerintah daerah untuk menyusun berbagai perencanaan pembangunan daerah, seperti rencana umum tata ibukota kecamatan, rencana tataruang wilayah kabupaten, rencana tata ruang wilayah kota, program jangka menengah, repelita/ properda baik tingkat kabupaten/ kota, maupun tingkat provinsi. Penulis juga banyak melakukan kerjasama dengan instansi pemerintah lainnya serta perusahaan swasta. Selain itu penulis juga Sebagai Analis Centre For Policy And Implementation Studies (CPIS) Jakarta untuk wilayah sumatra utara. Dalam rangka itu cukup banyak karya penulis yang diterbitkan oleh CPIS Jakarta. Penulis juga menulis banyak karya tulis sebagai hasil penelitian dan sebagai hasil makalah pada berbagai seminar yang rasanya tidak tepat disebutkan satu persatu.
Buku karya Robinson Tarigan ini merupakan salah satu buku yang dapat menunjang wawasan berpikir kalangan mahasiswa khususnya dalam mata kuliah perencanaan pembangunan. Buku ini disajikan dengan bahasa yang mudah dipahami sehingga informasi yang disajikan dalam buku lebih mudah untuk dipahami. Khusus untuk bab 7 dan bab 8 setiap pembahasan dari rumus-rumus yang ada dalam buku dilengkapi dengan contoh konkrit yang dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswa. Pembahasannya juga disajikan lebih rinci dan spesifik sehingga pemahaman mahasiswa akan materi lebih mendalam.

Namun yang menjadi kelemahan dari buku ini khususnya bagian bab 7 dan bab 8 adalah soal latihan setiap bab terlalu banyak, soal-soal tersebut juga sebagian besar hanya mengukur kemampuan kognitif tingkat C1-C3. Sehingga soal yang disajikan kebanyakan tidak tepat untuk mengukur kemampuan peserta didik tingkat mahasiswa. Selanjutnya yang menjadi kelemahan buku ini khusus di bab 7 dan bab 8 adalah contoh penyajian data-data seperti jumlah migrasi dan buruh industry di halaman 211 menggunakan data tahun 1996-2003, padahal buku ini diterbitkan tahun 2016 ada baiknya data yang disajikan itu merupakan data tahun terbaru supaya lebih update.  

Komentar