MINI RISET KELOMPOK 3 PERENCANAAN SMA


Tugas mini riset

SMA NEGERI 4 MEDAN

Diajukan Untuk Memenuhi
Tugas Ekonomi pembangunan

Kelompok 3:

1.                Inri Nadapdap
2.                Lestiana Simanjorang
3.                Lismauli K. Marbun
4.                Maulidini Manurung
5.                Marlina Marbun
6.                M. Bagus Wiragama
7.                Nesty Murinda




JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULT­AS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2017






BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Sekolah Menengah Atas ( SMA ) dipandang sebagai jenjang pendidikan yang penting untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Ditengah tuntutan dunia global yang semakin bebas, peran SMA sebagai perantara untuk meneruskan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi dianggap sangat tepat. Oleh karena itu diperlukan sarana dan prasarana yang memadai, salah satunya adalah tersedianya ruang belajar mengajar yang berupa gedung sekolah. Jenjang pendidikan setingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) masih terpusat pada daerah perkotaan. Daerah perkotaan yang padat mengakibatkan pembangunan gedung berskala luas cenderung ke arah vertikal, karena keterbatasan lahan. Pembangunan gedung bertingkat untuk SMA membutuhkan perencanaan yang matang dan harus betul-betul aman, karena menampung jiwa manusia yang cukup banyak, dan penggunaan gedung bersifat permanen.
Kelompok kami melakukan observasi di salah satu SMA Negeri di Kota Medan yaitu SMA Negeri 4 Medan yang beralamat di jln. Gelas, No. 12 Medan. Metode yang kami lakukan adalah pengamatan/observasi dan wawancara. Selain itu juga salah satu dari penulis pernah melakukan PPL (Program Praktek Lapangan) di bulan Agustus-November 2016. Jadi sedikit banyak nya sudah mengetahui kondisi fisik di SMA Negeri 4 Medan.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Sekolah Menengah Atas (SMA)?
2.      Bagaimana bangunan fisik dan tata letak bangunan SMA sesuai teori?
3.      Bagaimana kondisi fisik bangunan di SMA Negeri 4 Medan?

1.3  Tujuan Penelitian
1.      Untuk mengetahui gambaran Sekolah Menengah Atas (SMA).
2.      Untuk mengetahui bangunan fisik dan tata letak bangunan SMA sesuai teori.
3.      Untuk mengetahui kondisi fisik bangunan di SMA Negeri 4 Medan.




BAB II
KAJIAN TEORI

2.1              PENGERTIAN SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)
 Sekolah Menengah Atas (disingkat SMA; bahasa Inggris: Senior High School atau High School) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat (pasal 1 poin 11 RPP DIKDASMEN). Sekolah menengah atas ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 10 sampai kelas 12. Sebagai suatu instansi pendidikan menengah, SMA memiliki fungsi dan tujuan khusus seperti yang tercantum pada pasal 47 dan 48 RPP DIKDASMEN.
Fungsi dari pendidikan menengah adalah menegembangkan nilai-nilai dan sikap rasa keindahan dan harmoni, pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan sebagai persiapan untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi dan/atau untuk hidup di masyarakat dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Sedangkan tujuan pendidikan menengah adalah untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan,hidup sehat,memperluas pengetahuan dan seni, memiliki keahlian dan ketrampilan, menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab, serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Untuk siswa yang cerdas, ada program akselerasi yang biasanya hanya ditempuh hanya dalam waktu dua tahun. Pada kelas XI, siswa SMA memiliki pilihan untuk masuk ke salah satu dari dua departemen yaitu Sains dan Sosial. Kemudian, Fisika, Biologi , Sosial, dan Bahasa). Pada akhir kelas XII (tahun ketiga), siswa-siswi diwajibkan untuk menjalani Ujian Nasional. Setelah itu, ketika sudah lulus tingkat SMA, siswa-siswi bisa melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi, tetapi ada juga yang langsung dapat bekerja.
Pada dahulu kala, saat kolonialisme Belanda, SMA disebut dengan nama Algemeene Middelbare School (AMS). Di era penjajahan Jepang, SMA disebut dengan Sekolah Menengah Tinggi (SMT). Pasca kemerdekaan, SMT berganti nama lagi menjadi Sekolah Menengah Oemoem Atas (SMOA). Dan tak lama kemudian, SMOA berubah menjadi Sekolah Menengah Atas (SMA). Pada tahun akademik 1994/1995, SMA berubah menjadi Sekolah Menengah Umum (SMU). Tapi hanya sepuluh tahun, setelah tahun 2003/2004 sekolah, sebutan SMA digunakan lagi sampai sekarang.
SMA diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta. Sejak diberlakukannya otonomi daerah pada tahun 2001, pengelolaan SMA negeri di Indonesia yang sebelumnya berada di bawah Departemen Pendidikan Nasional, kini menjadi tanggung jawab pemerintah daerah kabupaten/kota. Sedangkan Departemen Pendidikan Nasional hanya berperan sebagai regulator dalam bidang standar nasional pendidikan. Secara struktural, SMA negeri merupakan unit pelaksana teknis dinas pendidikan kabupaten/kota.
Budaya di Sekolah menengah atas negeri di Indonesia umumnya menggunakan seragam putih abu-abu untuk hari hari biasa, seragam coklat untuk pramuka/ hari tertentu, dan pada sekolah-sekolah tertentu menggunakan seragam putih-putih untuk upacara bendera. Upacara bendera dilaksanakan setiap hari Senin pagi sebelum dimulai pelajaran

2.2              BANGUNAN GEDUNG SEKOLAH MENENGAH ATAS
2.2.1    2.2.1 Tipe Bangunan Gedung
Berdasarkan lokasi tempat berdirinya, bangunan gedung SMA dibagi menjadi tiga tipe yaitu tipe besar, sedang dan kecil. Ketiga tipe ini memiliki kriteria jumlah siswa, guru dan karyawan yang berbeda-beda. Adapun lokasi tiap tipe, kriteria minimal dan maksimal jumlah rombongan belajar, siswa, guru serta pegawai tiap tipe gedung dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Lokasi Gedung/ tipe Besar berada di ibu kota, propinsi/ kabupaten, setiap kota madya. Lokasi Sedang yaitu berada di ibu kota kecamatan, kota kecil dan desa. Lokasi Kecil berada di daerah. (Sumber : Pedoman Perancangan Gedung Sekolah Menengah Umum tahun 2005 dalam jurnal)

2.2.2. Lahan
Dalam menentukan lokasi lahan tempat berdirinya bangunan gedung SMA ada beberapa aspek yang patut dipertimbangkan, diantaranya adalah kesesuaian dengan rencana tata guna lahan daerah setempat, radius pencapaian ke SMA (maksimal 5 Km), terhindar dari lalu lintas kepadatan tinggi, serta kemiringan lahan yang sebaiknya tidak lebih dari 15%. Selain beberapa aspek diatas, luas lahan bangunan gedung sekolah juga harus sesuai dengan jumlah peserta didik.

2.2.3. Bangunan Gedung
            Berdasarkan Peraturan menteri pendidikan nasional Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007, bangunan gedung untuk SMA harus memenuhi ketentuan rasio minimum luas lantai terhadap pesarta didik. Selain memenuhi ketentuan rasio minimum luas lantai terhadap pesrta didik, bangunan gedung SMA juga memenuhi beberapa ketentuan lainnya diantaranya : Ketentuan tata bangunan dimana bangunan gedung SMA harus sesuai dengan peraturan daerah setempat dengan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) maksimum 30% serta dengan jumlah lantai maksimal sebanyak 3 lantai. Memenuhi persyaratan keselamatan diantaranya memiliki struktur yang stabil, kokoh, dan mampu menahan gempa serta dilengkapi sistem proteksi pasif dan/atau proteksi aktif untuk mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran dan petir. Serta memenuhi persyaratan kesehatan dan kenyamanan yaitu dalam hal pengudaraan, pencahayaan, akustik dan sanitasi.

2.2.4. Kelengkapan Sarana dan Prasarana
Sarana adalah perlengkapan yang diperlukan untuk menyelenggarakan pembelajaran yang dapat dipindah-pindah. Sedangkan prasarana adalah fasilitas dasar yang diperlukan untuk menjalani fungsi satuan pendidikan. Dalam Peraturan Mendiknas RI No 24 Th 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana dicantumkan bahwa sebuah Sekolah Menengah Atas minimal memiliki prasarana berupa : ruang kelas, ruang perpustakaan, laboratorium biologi, kimia dan fisika, laboratorium komputer, laboratorium bahasa, ruang pimpinan, ruang guru, ruang tata usaha, tempat ibadah, ruang konseling, UKS, ruang organisasi kesiswaan, jamban, gudang, ruang sirkulasi dan tempat bermain/ olahraga dengan sarana yang berbeda- beda pada tiap ruang.
Kelengkapan, jumlah dan besar/luasnya sarana dan prasarana pada sebuah sekolah sangat tergantung pada sistem pendidikan, kegiatan serta jumlah pengguna disekolah tersebut, maka dari itu sarana prasarana pada tiap SMA pun akan berbeda satu sama lain. Tetapi secara garis besar prasarana yang umumnya ada pada SMA dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok yaitu : kelompok ruang belajar/akademis, kelompok ruang penunjang, kelompok ruang pengelola dan administrasi, dan kelompok ruang pelayanan/servis. Dibawah ini merupakan penjelasan tentang berbagai kegiatan yang diwadahi serta beberapa ketentuan pada tiap kelompok ruang. Sedangkan kelengkapan sarana berdasarkan Standar Sarana Prasarana yang ditetapkan Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP) :
1.                   Kelompok Ruang Belajar/Akademis
Kelompok ruang belajar/akademis merupakan kelompok ruang yang berfungsi mewadahi kegiatan belajar mengajar. Kelompok ruang ini umumnya terdiri dari ruang kelas yaitu ruang kelas teori dan ruang kelas khusus, serta laboratorium yaitu laboratorium biologi, kimia, fisika, laboratorium komputer, dan bahasa.

2.              Ruang kelas
Ruang kelas berfungsi sebagai tempat kegiatan pembelajaran teori. Dimana banyaknya ruang kelas dalam satu sekolah minimum sama dengan jumlah rombongan belajar pada sekolah tersebut dengan kapasitas maksimum ruang kelas adalah 32 peserta didik dan rasio minimum luas ruangan peserta didik serta dengan lebar minimum 5 meter. Agar kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik, maka sebaiknya penerangan dalam ruangan kelas 200 lux dan untuk papan tulis 300 lux. Sedangkan gangguan bunyi/ suara yang ditimbulkan tidak boleh lebih dari 75 dB sehingga tidak mengganggu ruang lainnya. Agar fungsi ruang dapat dimaksimalkan, ruang kelas sebaiknya berbentuk persegi atau mendekati bentuk persegi dengan jarak antara pengajar dan tempat duduk siswa sebaiknya tidak lebih dari 7 meter.
Berdasarkan fungsinya, ruang kelas dapat dibagi menjadi dua yaitu ruang kelas teori yang berfungsi sebagai tempat pembelajaran yang tidak memerlukan alat peraga dan ruang kelas khusus yang berfungsi sebagai tempat pembelajaran yang menggunakan alat peraga. Tetapi secara umum, aktivitas guru dan siswa, perabotan dalam ruang kelas sama.

·                    Ruang Kelas Teori
Pada ruang teori umumnya ada dua sistem mengajar yang diterapkan yaitu sistem satu orang pengajar dan sistem team teaching serta dua sistem belajar yaitu secara individu atau pun berkelompok. Maka dari itu, perabotan dalam ruang kelas sebaiknya dapat dipindah-pindah sehingga dapat pula mewadahi sistem belajar mengajar berupa lecture format, demonstration format ataupun berupa project teams.



·                    Ruang Kelas Khusus
Untuk Sekolah Menengah Atas umumya digunakan untuk ruang maematika, ilmu sosial (umum), dan seni karena ke tiga mata pelajaran ini menggunakan alat peraga khusus dalam proses belajar mengajarnya. Secara garis besar, aktivitas, perabot, maupun layout untuk ruang kelas khusus hampir sama dengan ruang kelas teori. Hanya saja ruang kelas khusus membutuhkan gudang serta perabot khusus/tambahan untuk mendukung sistem belajar mengajar pada mata pelajaran tertentu.



BAB  III
HASIL OBSERVASI

Tempat Observasi                               : SMA Negeri 4 Medan
 Jl. Gelas No. 12, Sei Putih Tengah, Medan Petisah.
Tahun Didirikan                                  : 10 September 1961
Kepala Sekolah                                   : Drs. Ramli
Jurusan                                                : MIA dan IIS
Waktu Observasi                                 : Senin, 15 Mei 2017
Metode Observasi                               : Pengamatan dan Wawancara

Berikut ini adalah hasil pengamatan yang kelompok penulis lakukan di SMA Negeri 4 Medan :
Bangunan Fisik dan Ekstrakulikuler SMA Negeri 4 Medan
Sekolah Menengah Atas 4 Medan ini merupakan salah satu sekolah terbaik dan favorit di kota Medan. SMA Negeri 4 Medan berada di Jl. Gelas No. 12, Sei Putih Tengah, Medan Petisah, Sumatera Utara. Sekolah ini terletak di tengah kota, dimana lokasi ini mudah dijangkau. Di SMA Negeri 4 Medan ini terdapat guru sebanyak 61 orang perempuan dan 32 orang laki-laki, total jumlah guru sebanyak  93 orang. Sedangkan siswa sebanyak 910 orang perempuan dan laki-laki 728 orang jadi total 1638 orang siswa.
Untuk menunjang proses belajar mengajar terdapat fasililitas seperti ruang  kelas sebanyak 48 ruangan dan laboratorium sebanyak  4 buah yaitu laboratorium Biologi, Kimia, Fisika dan Bahasa. Selain itu ada juga ruangan perpustakaan sebanyak 1 buah.  Ada juga fasilitas lain seperti lapangan basket, Voli, bak, Bak Pasir Lompat Jauh, Gudang Olahraga, Gudang Buku,  Gudang barang bekas atau rusak yang akan diperbaiki atau dibuang,  Mushola, Kantor Guru,  Ruang TU,  Kantor Kepala Sekolah, Ruang BK (Konseling), Ruang Komite, Kantin, Toilet , UKS, Sekret OSIS, Sekret Teater EG, Ruang belajar dan Sekret KSSK, Sekret PIK, Sekret Pramuka, sekret PMR  dan ada juga Tempat Pengomposan untuk tanaman.
Selain belajar tentang pengetahuan (kognitif), di sekolah ini juga ada pengembangan bakat siswa yang disebut dengan ekstrakulikuler disingkat dengan ekskul. Ekstrakulikuler ini dilakasanakan sepulang sekolah. Setiap ekskul memiliki struktur organisasi tersendiri dan latihannya telah dijadwalkan oleh masing-masing organisasi ekskul. SMA Negeri 4 memiliki beragam kegiatan ekstrakurikuler, di antaranya Pramuka, Teater Enceng Gondok (EG), Paskibra, Hipapala (Himpunan Pelajar Pencinta Alam Dan Lingkungan Hidup), Basketball Team, Paduan Suara Koinonia, Ekstrakurikuler Film (Cinema 4), PMR Unit 027 Medan, Pencak Silat (Merpati Putih), Karya Ilmiah Remaja (KIR), English Club.
Selain itu SMA Negeri 4 Medan juga memiliki organisasi (intrakulikuler) di dalamnya, baik itu berbasis kesiswaan maupun Agama, di antaranya :
  • OSIS, adalah organisasi kesiswaan yang sering kita jumpai di sekolah sekolah tingkat Menengah.
  • BINTALIS (Bina Mental Islam) SMAN 4 Medan, adalah organisasi berbasis Agama Islam
  • PIK (Pengembangan Iman Kristen) SMAN 4 Medan, adalah organisasi berbasis Agama Kristen Protestan
  • KSSK St.Antonius, adalah organisasi berbasis Agama Kristen Katolik dan di bawah naungan langsung oleh Paroki Gereja St.Antonius Medan
            Secara umum fasilitas yang ada di SMA Negeri 4 Medan sudah memadai terlihat dari lengkapnya  fasilitas yang tersedia selain itu tata letak bangunannya juga sudah baik sesuai dengan teori tata ruang Sekolah menengah Atas. Baru-baru ini juga bulan November 2016 sewaktu penulis PPL di SMA Negeri 4 Medan sudah ada perbaikan dan penambahan kursi serta meja baru untuk mengganti kursi dan meja yang sudah lama. Pengecatan dan perbaikan ruang kelas dan taman serta penambahan kreasi-kreasi taman juga sudah mulai dilakukan hal ini karena sekolah ini merupakan sekolah adidaya. Setiap tiga lokal (kelas) terdapat 1 washtafel untuk tempat mencuci tangan, letaknya berada diantara kelas tersebut. Saat ini juga ada penambahan satu ruangan yang digunakan untuk belajar dan latihan bagi siswa yang akan mengikuti lomba olimpiade. Tetapi yang menjadi permasalahan adalah masih ada beberapa ruangan kelas yang didalamnya kurang nyaman untuk belajar dikarenakan kondisinya panas akibat jendela kacanya tidak leluasa untuk keluar masuk udara dan lantainya ada yang tidak bersih untuk di pel akibat dari lantainya sudah tua (lantai lama). Jadi untuk itu, perencaan yang akan dilakukan di SMA 4 Negeri Medan ini adalah memperbaiki ruangan-ruangan kelas yang kurang nyaman untuk belajar hal ini bertujuan supaya siswa bisa belajar dengan nyaman. 




BAB IV
PENUTUP

SMA Negeri 4 Medan berada di  Jl. Gelas No. 12, Sei Putih Tengah, Medan Petisah. Sekolah ini berdiri pada tanggal  10 September 1961, saat ini kepala sekolahnya adalah Drs. Ramli.  Sekolah ini dibagi dua Jurusan yaitu jurusan MIA dan IIS. Di SMA Negeri 4 Medan ini terdapat guru sebanyak 61 perempuan dan 32 laki-laki, total jumlah guru sebanyak  93 orang. Sedangkan siswa sebanyak  perempuan 910 orang dan laki-laki 728 orang,  total 1638 orang siswa. Untuk menunjang proses belajar mengajar terdapat fasililitas yang memadai seperti ruang  kelas sebanyak 48 unit dan laboratorium sebanyak  4 buah yaitu laboratorium Biologi, Kimia, Fisika dan bahasa serta ada juga beberapa fasilitas lainnya. Secara umum fasilitas dan bangunan di sekolah ini sudah memadai dan tata letak ruangnya sudah sesuai dengan teori, namun ada beberapa ruangan kelas yang masih perlu untuk dibenahi supaya para siswa nyaman untuk belajar.


REFRENSI
SMA Negeri 4 Medan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan

Komentar