MINI RISET EKOLPOK II PERENCANAAN SMP





MINI RISET
PERENCANAAN PEMBANGUNAN
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
SERDANG BEDAGAI
DI SUSUN OLEH :
NAMA :         FEBRINA GM PURBA (7133141080)
IRWAN RISKI L. TOBING ( 7133141075)
KHAIRUL NISA (7132141022)
MILA ROSALINA (7131141075)
NATALIA SITORUS (7133141075)
PELITA SIANTURI  (7133141081)
YANTI MUNTHE (7147341002)
KELAS :        B REGULER



PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2017







BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Perkembangan pendidikan yang terus berubah dengan signifikan sehingga banyak merubah pola pikir pendidik, dari pola piker yang awam dan kaku menjadi lebih modern.  Hal tersebut sangat berpengaruh dalam kemajuan pendidikan di Indonesia. Karena pendidikan ini bertujuan untuk menciptakan seseorang yang berkualitas dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas kedepan untuk mencapai suatu cita-cita yang di harapkandan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan.  Tingkat pendidikan sebagai bekal pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi pertumbuhan social ekonomi masyarakat.  Menurut Hadikusumo (dalam prioko 2013) menyatakan bahwa factor pendidikan merupakan modal dalam usaha pemenuhan kebutuhan pangan, penciptaan lapangan kerja yang produktif maupun pengembangan dan pengelolahan sumber daya alam.
Pembangunan pendidikan nasional merupakan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas masyarakat yang maju, adil dan makmur berdasarkan pancasila, yang memungkinkan warganya untuk mengembangkan diri. Pada tahap pembangunan pendidikan telah diselanggarakan usaha penyediaan fasilitas pelayanan pendidikan yang lebih luas dan lebih merata bagi seluruh masyarakat. Pemerintah telah memperluas jaringan pelayanan pendidikan sampai tingkat kecematan melalui penyediaan fasilitas pendidikan, agar masyarakat memperoleh pelayanan pendidikan yang cukup.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah prasarana pendidikan yang sesuai dengan peraturan perundang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang Standar Nasional Pendidikan.  Apabila salah satu dari itu tidak tersedia maka proses pembelajaran tidak dapat berjalan.  Selain masalah sarana dan prasarana yang perlu diperhatikan seperti penyebaran fasilitas pendidikan yang tidak sesuai dengan ketentuan tata ruang wilayah, serta ketidakseimbangan antara jumlah penduduk dengan fasilitas pendidikan yang tersedia.
Kecematan Sei Bamban adalah salah satu kecematan yang terdapat di Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah 72,26 km2 yang memiliki 10 desa dan kelurahan.  Dengan jumlah penduduk di Kecematan Sei Bamban pada tahun 2014 sebanyak 44.871 jiwa dari data tersebut maka pemerintah harus menyediakan fasilitas pelayanan pendidikan yaitu TK, SD, SMP, SMA/K yang tersebut di berbagai wilayah di Kecematan Sei Bamban yang seluruhnya bertanggung jawab dalam menyelenggarakan pelayanan pendidikan danikut berperan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Kecematan Sei Bamban memiliki jumlah fasilitas gedung sekolah yang ada di Kecamatan Sei Bamban berjumlah 51 buah gedung diantaranya Sekolah Dasar (SD) 42 buah gedung, Sekolah Menegah Pertama (SMP) 6 buah gedung  Sekolah Menegah Atas (SMA) 3 buah gedung yang bersebar di 10 desa/kelurahan (Kecematan Sei Bamban Dalam Angka Tahun 2014).  Banyaknya sekolah yang tersebar di Kecematan Sei Bamban tentunya membutuhkan ketersediaan fasilitas sekolah yang lebih baik.
Persebaran pembangunan sekolah yang tidakmerata mengakibatkan adanya kesenjangan terhadap pemerataan pendidikan di Kecematan Sei Bamban selain itu, dilihat dari jarak sekolah dan ketersediaan fasilitas sekolah di Kecematan Sei Bamban menyebabkan sarana yang tersedia masih minim dalampelayanan pendidikan.  Untuk, itu kami ingin menganalisis persebaran dan ketersediaan fasilitas sekolah SD, SMP, SMA yang dilihat dari Permendiknas No. 24 tahun 2007 yaitu satuan pendidikan, lahan, bangunan, dan prasarana dan dikaitkan dengan persebaran sekolah di Kecematan Sei Bamban.
B.     Identifikasi Masalah
Masalah yang didentifikasi dalam hal ini adalah persebaran pembangunan sekolah SD, SMP, SMA di Kecematan Sei Bamban dan ketersediaan fasilitas sekolah SD< SMP< SMA di Kecematan Sei Bamban.
C.    Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, maka masalah dalam hal ini dibatasi pada persebaran sekolah SD, SMP, SMA di Kecematan Sei Bamban dan ketersediaan fasilitas sekolah pendidikan dengan yang dibutuhkan pada tingkat pendidikan SD, SMP, SMA sesuai dengan Permendiknas RI No. 24 Tahun 2007.
D.    Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam hal ini adalah:
1.      Bagaimana persebaran sekolah SD, SMP, SMA di Kecematan Sei Bamban?
2.      Bagaimana ketersediaan fasilitas pendidikan sekolah SD, SMP, SMA di Kecematan Sei Bamban?

E.     Tujuan Penelitian
Tujuan dalam halini adalah:
1.      Untuk mengetahui persebaran sekolah SD, SMP, SMA di Kecematan Sei Bamban.
2.      Untuk mengetahui ketersediaan fasilitas pendidikan sekolah SD, SMP, SMA di Kecematan Sei Bamban.
F.     Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1.      Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Pembangunan
2.      Untuk menambah pengetahuan tentang keadaan angka partisipasi murni dalam kebutuhan pendidikan.
3.      Dan sebagai bahan referensi bagi yang membaca.











BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pendidikan adalah sebagai proses pembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek – obyek tertentu dan spesifik. Dalam UU No.20 Tahun 2003, dinyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterapilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan merupakan tonggak kuat untuk mengentaskan kemiskinan pengetahuan, menyelesaikan persoalan kebodohan dan menuntaskan segala permasalahan bangsa yang selama ini terjadi. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang paling diutamankan dan menjadi prioritas pemerintah guna meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan. Dalam meningkatkan kualitas pendidikan maka dinilai dari ketersediaan fasilitas sekolah, sedangkan meningkatkan kuantitas pendidikan dilihat dari persebaran sekolah.
1.      Persebaran Sekolah
Menurut Bintarto (1979), kata persebaran erat kaitannya dengan analisa keruangan yaitu berupa penyebaran penggunaan ruang atau penyediaan ruang yang akan digunakan untuk berbagai kegunaan yang dirancangkan. Terbatasnya perluasan dan persebaran sekolah di daerah akan berdampak pada masyarakat yakni hambatan akses dalam memperoleh pendidikan , sehingga secara langsung berdampak pada pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan. Dari kata penyebaran dan sekolah maka persebaran sekolah adalah tersebarannya bangunan sekolah (SD, SMP, SMA) pada lokasi – lokasi di suatau wilayah secara merata atau tidak merata. Sehingga lokasi tersebut dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat umumnya dan pada penduduk usia sekolah (7-18 tahun) khususnya.
Lokasi merupakan posisi pasti dalam ruang. Penentuan lokasi suatu sekolah harus berdasarkan pada kepadatan penduduk dan keadaan jumlah usia anak sekolah. Menurut Bintarto (1979) untuk menganalisis suatu lokasi terletak secara mengelompok , merata dan tidak merata dapat digunakan analisis tetangga terdekat, dengan rumus sebagai berikut
Keterangan :
T : indeks penyebaran sekolah
ju : jarak rata – rata yang diukur antara satu titik dengan titik sekolah
jh : jarak rata – rata yang diperoleh andaikan semua mempunyai random =
P : kepadatan titik dalam setiap kilometer persegi yaitu jumlah titik (N) dibagi dengan luas wilayah dalam kilometer persegi (A) hingga menjadi =
Untuk memperoleh ju digunakan dengan cara menjumlahkan semua jarak sekolah terdekat dan kemudian dibagi dengan jumlah titik yang ada ju =
Untuk mengetahui pola penyebaran sekolah dapat dihitung dengan berdasarkan indeks penyebaran sekolah terdekat (T). Parameter sekolah (nearest seightbour statisticT) dapat digunakan pula dengan rangkaian kesatuan (Continuum) untuk memperoleh perbandingan antar pola titik seperti terlihat pada gambar :
T= 0                                                                 T=1,0                                                   T=2,5
I                                                                       II                                                         III
Gambar 1. Garis rangkaian ketentuan (continuum)dalam analisis tetangga terdekat
Keterangan :
I    : < 1 berarti mengelompok
II  : 1,0 – 2,14 berarti tidak merata (random)
III : > 2,15 merata (seragam)
Pola persebaran ini akan dihitung untuk persebaran sekolah se-Kecamatan Sei Bamban, tiap desa dan jenis pendidikan sekolah (SMP). Sehingga dari hasil perhitungan inibisa menginterpretasi pola persebaran sekolah (SMP) din Kecamatan Sei Bamban dalam kondisi mengelompok (bergerombol), tidak merata (random), merata (seragam) lokasinya.
 





BAB III
PEMBAHASAN
Data yang diperoleh dari penilitian ini bersumber dari instansi yang berhubungan dengan penelitian ini. sumber yang diperoleh yaitu dari badan pusat kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Sei Bamban, Sekolah SMP yang ada dikecamatan Sei Bamban. Data yang dikumpulkan berupa data persebaran dan data perasarana pendidikan dikecamatan sei bamban tahun 2014.
a.       Persebaran Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kecamatan Sei Bamban Tahun 2014
Jumlah sekolah SMP di Kecamatan Sei Bamban hanya terdapat 6 unit sekolah yang tersebar dibeberapa desa. Dari jumlah tiap desa maka jumlah sekolah terbanyak dengan jumlah 2 unit sekolah pada pon. 4 desa lainnya memiliki 1 unit sekolah yang berada di Bakaran Batu, Desa Gempolan, Desa Panggalangan, Desa Bulu Etate. Selebihnya ada 5 desa yang tidak memiliki unit sekolah.
Berdasarkan hasil pehitungan tetangga terdekat indeks persebaran Sekolah Menengah Atas (SMP) di Kecamatan Sei Bamban cenderung berkelompok-kelompok. sehingga jangkauan dari desa ke desa tersebut jauh untuk mencapai ke sekolah tersebut.
Standar Sarana dan Prasarana SMP/MTs
Standar Satuan Pendidikan SMP/MTs
1.      Satu SMP/MTs memiliki sarana dan prasarana yang dapat melayani minimum 3 rombongan belajar dan maksimum 27 rombongan belajar.
2.      Minimum satu SMP/MTs disediakan untuk satu kecamatan.
3.      Seluruh SMP/MTs dalam setiap kecamatan dapat menampung semua lulusan SD/MI di kecamatan tersebut.
4.      Satu SMP/MTs dengan tiga rombongan belajar melayani maksimum 2000 jiwa. Untuk pelayanan penduduk lebih dari 2000 jiwa dilakukan penambahan rombongan belajar di sekolah yang telah ada, dan bila rombongan belajar lebih dari 24 dilakukan pembangunan SMP/MTs baru.
5.      Lokasi setiap SMP/MTs dapat ditempuh peserta didik yang berjalan kaki maksimum 6 km melalui lintasan yang tidak membahayakan


Komentar